HaluaNusantara.com
Editorial:
Rudi Syahwani (Pemimpin Redaksi RNC Group)
Mendadak hening, begitu situasi hari ini. Tak ada komentar, statemen, hingga pantun pun tak turun. Termasuk saat dikonfirmasi, jawabannya “belum tau,” atau “kami harus teliti dulu,” dan “Saya belum bisa komentar,” itu lah respon dari “Para Peduli”
Saya labeli dengan sebutan “Para Peduli” saja, karena terlalu sadis kalau saya labeli “Para Sok Peduli.” Bukan tak hormat, justru dulu saya sangat takzim dengan sebagian yang ada di gerbong “Para Peduli” ini. Sebagian bahkan sering berdiskusi dengan saya. Namun pandangan saya berubah setelah bingung soal apa yang mereka pedulikan.
Beberapa rekaman pembicaraan telepon saya dengarkan dari beberapa sumber, yang salah satunya membuat saya tercengang, sebuah rencana rekayasa penolakan kehadiran PJ Gubernur Babel, Suganda Pandapotan Pasaribu yang dibumbui bahasa bernada Rasis. Saya langsung teringat seorang sosok pejuang provinsi Babel. Saya membatin, “Amung Tjandra akan menangis jika mendengar rekaman ini.”
Ini yang kemudian disuarakan oleh para tokoh ormas dan LSM di Babel, dalam audiensi dengan DPRD Babel pada Senin (4/9/23) lalu. Jelas dalam audiensi tersebut aliansi ormas dan LSM membongkar habis gerakan mereka Para Peduli, yang berbau birahi kekuasaan. Bahkan gerakan Para Peduli ini disebut sebagai “Pengacau” yang justru gaduh.
Namun setelah tabir tersingkap, tak ada satu pun Para Peduli yang memberikan reaksi. Tanpa sikap, statement dan celoteh. Hening bak ditelan bumi. Padahal jelas yang terungkap adalah sebuah masalah yang sangat bertolak belakang dengan spirit keberagaman yang sudah lama terjaga di Bangka Belitung ini.
Ibarat Semut di seberang lautan dapat terlihat, sementara Gajah di pelupuk mata tak terlihat. Hal yang tidak biasa diributkan sementara hal yang esensi didiamkan. Entah tak tau atau “cak-cak Budi” (pura-pura bodoh-red)
Akhirnya timbul pertanyaan, “sebenarnya kalian Peduli siapa..?” Karena saat belasan masyarakat Beltim ditangkap karena pergesekan soal hak-hak hidup dengan korporasi, kalian diam, 2 tahun lebih, masyarakat nelayan menjerit tak bisa keluar muara Jelitik, kalian tidak menuntut diam.
Tapi mendadak ribut dengan hal yang seharusnya dapat dikoreksi dengan cara yang persuasif, kalian heboh sampai menuntut mundur. Apakah kalian sebenarnya peduli pada hajat kalian yang tak terpenuhi? Apakah kalian peduli karena birahi kuasa rekan kalian yang tak terpenuhi, silahkan jawab.
Terakhir, sebagai Pemimpin Redaksi yang menulis editorial ini, bersedia memperdengarkan bukti yang kami miliki dari sumber tertutup, betapa buruknya rencana jahat yang seharusnya di sini kalian tumpahkan rasa peduli, yang benar-benar Peduli pada Bangka Belitung. Untuk menghentikan bibit keretakan bagi kebhinekaan Bangka Belitung ini. Sekali lagi renungkanlah, “Sebenarnya, kalian peduli siapa..??”(**)