HaluaNusantara.com
PARIT TIGA – Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bangka Barat (Babar) Husni mengaku sedih dan malu, lantaran maraknya oknum wartawan yang membuat resah masyarakat. Menurutnya, selama 19 tahun menjadi wartawan, baru kali ini ada wartawan yang didemo oleh masyarakat.
Hal itu disampaikan Husni saat dijumpai wartawan usai Rapat Akbar yang digelar oleh sejumlah LSM dan Pengurus Orasi Rakyat di lapangan Kumyung, Parit Tiga Kecamatan Jebus, Kabupaten Babar, Jum’at (12/05/2023) sore.
“Selama ini wartawan selalu bersama masyarakat memperjuangkan aspirasi. Hari ini saya sedih dan malu mengapa sampai wartawan yang di demo oleh masyarakat,” ujarnya.
Wartawan itu, kata Husni, adalah kontrol sosial dan harus menjaga marwah profesi dan marwah organisasi profesinya. Dalam menulis, lanjut Husni, wartawan harus menggunakan hati nurani dan profesional. Profesi wartawan, tegas Husni, bukan untuk memeras dan cari uang dari jalur yang bukan seharusnya.
“Masyarakat ini kan kerjanya bermacam-macam. Ada yang berkebun, menambang timah dan lain sebagainya. Contohnya saja, masyarakat nambang dengan hasil sehari 5-6 kilo, lalu kita beritakan,” ucapnya.
“Secara logika, itu kan cuma cukup untuk makan saja. Contoh lainnya, ada masyarakat yang mau berkebun dan buka lahan, itupun lahannya kecil, lalu kita beritakan, jadi masyarakat ini mau bagaimana dan kerja apa kalau semuanya serba salah,” lanjutnya.
“Kalau misalkan aktivitas tambang yang dilakukan masyarakat itu terbukti merusak fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah dan merugikan masyarakat banyak, barulah kita beritakan dan silahkan hajar saja sampai habis,” cetusnya.
Dalam kesempatan itu, Husni juga mengatakan bahwa kehadiran wartawan seharusnya bersinergi dengan semua elemen masyarakat, baik itu Polsek, Camat, Kades, Ormas, LSM, Tokoh Agama dan elemen masyarakat lainnya untuk membangun daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kondusifitas.
“Kita (Wartawan-red) ini profesi mulia, jangan membuat resah masyarakat. Kalau ada anggota PWI yang membuat resah, bapak/ibu segera lapor, biar kami bisa menindaknya, biar dicabut Kartu Uji Kompetensi Wartawan dan Kartu PWI nya,” tegas Husni.
Aksi masyarakat hari ini, kata Husni, bukanlah puncaknya. Karena hari ini, menurut Husni, masyarakat masih sabar dan belum keluar otak gilanya.
Dalam kesempatan itu, Husni juga mengajak rekan seprofesinya untuk merubah pola kerja wartawan dengan tidak membuat resah masyarakat.
“Jadi kepada kawan-kawan seprofesi, saya mengajak rekan-rekan semua untuk merubah pola kerja. Dari yang terkesan meresahkan masyarakat, menjadi wartawan yang benar-benar wartawan, yakni bekerja sesuai dengan apa yang menjadi tupoksi dasar seorang wartawan,” pesannya.
“Masyarakat Parit Tiga Jebus ini sebetulnya tidak anti wartawan. Jadi, dengan adanya aksi hari ini merupakan bukti bahwa masyarakat masih peduli dan sayang dengan wartawan. Ini merupakan teguran dari masyarakat, jadi saya harap, teman-teman semua jangan jadi wartawan yang anti kritik,” tutupnya. (***)