Antara Ibadah atau Prestasi

Img 20221217 Wa0103

HaluaNusantara.com

PANGKALPINANG – Saya Ingin ke Gereja untuk ibadah Natal bersama Mama. Tapi hari ini ada pertandingan pencak silat dan saya maju ke babak selanjutnya.

Hal tersebut diungkapkan Mathew, pelajar kelas X SMK Tunas Karya yang kebetulan menjadi salah satu peserta Kejuaraan Provinsi Pencak Silat Bangka Belitung tahun 2022.

Kebimbangan Mathew berawal saat panitia mengkonfirmasi jadwal pertandingan pada Jumat (17/12/22) sekitar pukul 18.10 WIB. Sementara Mathew sendiri sudah bersiap-siap dengan baju rapi karena ada ibadah Natal di Gereja Bethel Indonesia Bethany Hope Ministry (BHM). Namun mendadak ia harus melanjutkan pertandingan pencak silat di Sungailiat Kabupaten Bangka.

Dikatakan Wiwi orang tua Mathew, kebimbangan anaknya antara pergi ibadah tahunan atau merajut prestasi cabang olahraga yang sudah ditekuninya beberapa bulan lalu, Sabtu (18/12/22) pagi.

“Saya coba meminta pertimbangan, mengingat Mathew juga ingin ibadah Natal. Namun sayangnya pihak panitia bersikukuh untuk Matthew tetap mengikuti pertandingan di Sungailiat. Atas keinginan Mathew yang besar, akhirnya saya pun mengalah dan tidak dapat mengikuti ibadah Natal hingga selesai,” kata Wiwi.

Lebih lanjut, ibadah Natal pun harus berubah mendadak, kedua orang tua Mathew terpaksa mendampingi untuk datang ke venue pertandingan pencak silat se Babel tersebut. Upaya meminta toleransi pun tak membuahkan hasil, karena tak mendapat persetujuan dari panitia.

“Saat tiba di Sungailiat, saya masih berupaya meminta toleransi ke pihak panitia, namun sangat sulit. Mereka (panitia-red) tak mau memahami dan memaksa agar tetap anak saya melanjutkan pertandingan. Parahnya, IPSI Bangka Tengah yang juga pelatih para pesilat mengatakan, jika Mathew memang gak bisa bertanding dan memilih ibadah, disarankan Mathew mengundurkan diri saja. Intinya seolah semuanya sudah harga mati,” jelas Wiwi.

“Yang bikin kesal, jika seandainya saja ada kebijakan re-schedule pertandingan, alangkah baiknya Mathew diberi solusi, ini soal ibadah setahun sekali. Sementara di sisi yang lain, anak saya punya semangat juga untuk berprestasi. Andai sejak awal bisa jadwal ulang, ini malah saat kita sudah membatalkan rencana ibadah Natal demi anak mengikuti kejuaraan olahraga, pergi jauh-jauh ke Sungailiat, ternyata jadwalnya bisa diundur. Bayangkan betapa kecewanya anak saya,” tambahnya.

Tak berhenti disitu saja, Sabtu pagi sekitar pukul 06.40 WIB, Mathew bersama Wiwi menuju Sungailiat. Mathew sendiri dari rumah sudah siap dengan baju Pencak Silatnya yang serba Hitam. Namun kekecewaan kembali dirasakan Mathew dikarenakan terlambat, Mathew harus di-diskualifikasi dan dinyatakan gugur.

“ini kami datang memang terlambat, akan tetapi di perjalanan saya masih terus berkomunikasi dan mengabarkan bahwa Mathew sudah diperjalanan. Jawaban dari panitia, oke. Hingga saat kami tiba di sungailiat mereka menyatakan Mathew telah di-diskualifikasi. Padahal sebelum tiba, 3 kali saya hubungi panitia mengatakan bahwa kami masih di jalan. Panitia berdalih, bahwa diskualifikasi terhadap Mathew merupakan aturan baru. Oke, saya minta aturan ditunjukkan karena sebagai orang tua saya tidak mengerti tetapi mereka tidak bisa menunjukkan,” terang Wiwi.

Mathew pun syok, semangat besar nya sejak awal ingin mengikuti kejuaraan Pencak Silat tersebut harus buyar. Oleh ketiadaan dispensasi bagi dirinya yang jadwal Natal nya bersamaan dengan jadwal digelarnya kejuaraan Pencak Silat provinsi Babel.

“Dia (Mathew) sampai mengatakan ingin berhenti. Saya mengawatirkan semangatnya. Saya betul-betul tidak bisa menerima ini. Saya akan adukan soal panitia yang plin-plan terhadap aturan. Sampai tak ada toleransi bagi Mathew yang berniat ibadah,” sesal Wiwi.

Syaril ketua IPSI saat dikonfirmasi dengan apa yang terjadi dan sikap panitia yang sempat melarang media meliput belum ada jawaban. (red)

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: