Kawasan Pelabuhan Kayu Arang Potensial untuk Pengembangan Ikan Tirus

redaksi
Img 20221009 Wa0013
Foto : Lahan di kawasan sekitar bekas pelabuhan kapal ferry di Desa Kayu Arang, Kecamatan Kelapa dipasang plang oleh Pemkab Bangka Barat, Minggu ( 9/10 ).

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Pelabuhan kapal ferry di Desa Kayu Arang, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat yang sudah terbengkalai sejak lama, rencananya akan dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan ikan tirus dan udang vaname.

Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming mengatakan, sebagian lahan yang ada di lokasi tersebut merupakan aset Pemda Bangka Barat dan dapat digunakan untuk rencana tersebut.

Bong Ming Ming menilai pengembangan ikan tirus yang harganya terbilang mahal sangat potensial untuk mengangkat perekonomian masyarakat.

“Itu lebih ke arah penelitian dan pengembangan ikan – ikan air payau seperti ikan tirus yang harganya sangat mahal, terus ada pengembangan untuk udang vaname dan beberapa jenis udang khas yang ada di Bangka Barat,” ujar Bong Ming Ming saat memantau langsung ke lokasi, Minggu (9/10/2022).

“Yang saya lihat kalau itu dikembangkan secara ekonomis bisa sangat bermanfaat untuk masyarakat secara ekonomi,” imbuhnya.

Bong Ming Ming cenderung membidik pengembangan ikan tirus dan udang vaname untuk ekspor daripada pembudidayaan ikan air tawar yang sudah ada selama ini. Sebab menurutnya hal tersebut akan berpengaruh secara ekonomi kepada masyarakat secara lebih luas.

Namun dirinya belum mengatakan siapa investor yang akan masuk untuk rencana tersebut, karena pada tahap awal ini masih fokus untuk penelitian biota laut yang dapat dikembangkan, termasuk pembibitan udang vaname.

“Kita belum bicara investor, baru bicara penelitian pengembangan tentang beberapa jenis biota laut seperti ikan tirus tadi dan jenis udang vaname. Bisa kita jadikan pusat pembibitan udang vaname untuk suplai bibitnya se-Bangka Barat. Selama ini kan orang masih bicara tentang pengembangan budidaya udang vaname, ya kita bicara sektor pembibitannya,” ucapnya.

Dengan adanya pembibitan tersebut kata Wabup masyarakat juga bisa dilibatkan.Baru lah kemudian akan ditingkatkan dengan teknik bioflok untuk pengembangan selanjutnya.

Wabup belum bisa memastikan berapa luas lahan yang ada karena Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( BPKAD ) masih harus memastikan terlebih dahulu.

“Ada beberapa dan cukup luas di situ. Cuma seberapa luasnya datanya ada di BPKAD atau bagian aset. Rencananya memang kemarin kita sudah bincang – bincang bersama bagian aset ( BPKAD ) untuk dipastikan mana yang jadi aset Pemda ke depannya,” kata Wabup.

Bong Ming Ming menambahkan, sejak pelabuhan kapal ferry tidak beroperasi lagi, lokasi tersebut terbengkalai dan tidak termanfaatkan hingga sekarang.

“Makanya kemarin di awal saya masuk Pemda Bangka Barat, saya melihat dan dapat kabar kalau itu adalah aset Pemda Bangka Barat. Saya melihat itu peluang tatkala dimanfaatkan itu bisa berdampak lebih luas untuk masyarakat banyak,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: