Saling Tuding Terkait Ponton SIluman

redaksi
8a3deb06 2ab7 45cd 9385 4ecae301e0a9

HaluaNusantara.com

MUNTOK – Sempat mencuat dalam pemberitaan media massa, Ponton Hantu alias Ponton Siluman sepertinya mulai mereda. Tak jelas siapa pemilik dan jumlah Ponton yang sebenarnya. Pasalnya justru yang terjadi adalah saling Lempar atau saling tuding. Antar mitra cenderung mengidentikkan Ponton Hantu sebagai mitra yang ingin bekerja dalam IUP PT. Timah di Belo Laut sebagai Mitra yang curang atau serakah.

Hasil penelusuran redaksi di areal pos penimbangan pantai Belo Laut pada Rabu (4/10/22) petang, secara terbuka para CV atau mitra PT. Timah pemegang SPK cenderung enggan bicara secara terbuka terkait pihak di balik Ponton Siluman tersebut.

“Kalau kami tertib pak, kalau Ponton kita 10 ya 10 lah yang bekerja, kalau 20 ya segitu lah bekerja. Enggak mau kita nambah-nambah Ponton. Jadi enggak mau ambil pusing lah siapa itu Ponton Hantu, Siluman, Tuyul apa lah. Kita fokus sama yang punya kita saja. Itu Ponton Hantu punya orang yang serakah itu. Mau nambah Ponton di luar jumlah yang ditetapkan. Seruduk sana-sini, dan tidak mau ikut aturan,” ujar salah satu panitia mitra.

Sumber ini juga menyindir tidak meratanya kuota yang diberikan oleh PT. Timah. Menurutnya hendaknya PT. Timah juga berlaku adil, dengan menyamakan jumlah ponton yang diberikan kepada mitra.

“sebenarnya kita berharap PT. Timah juga adil pak. Jangan ada yang seolah diistimewakan. Bukankah kita di sini semua ingin optimal memberikan kontribusi dalam produksi. Ada yang sampai 40 ponton, ada yang Cuma 10 ponton. Bedanya apa ya. Ini juga mungkin yang kemudian jadi pemicu kerja curang, jadi pakai ponton hantu,” tambahnya.

Terpisah, Bahtiar salah seorang Panitia Mitra PT. Timah, kepada wartawan mengaku bahwa terkait ponton hantu, pihaknya mengaku bahwa ponton yang dimaksud sebenarnya adalah ponton cadangan. Yang dipersiapkan jika ada ponton yang bermasalah, atau tidak bisa beroperasi. Dirinya tidak menampik hal tersebut. Bahtiar mengaku bahwa pihaknya mempunya 3 ponton cadangan untuk mengantisipasi ponton yang rusak.

“Soal ponton hantu atau siluman itu sebenarnya tidak ada pak, itu ponton cadangan untuk jaga-jaga supaya tetap maksimal kerja kita. Kalau kita ada 3 ponton yang dicadangkan. Nah kalau ada ponton yang rusak kita kita pakai ponton cadangan. Kalau tidak ya kita tidak operasikan pak. Jadi kita pikir tidak adalah soal ponton hantu itu,” terang Bahtiar saat dihubungi via telepon Selasa (4/10/22) petang.

Berdasarkan data yang diterima redaksi, memang terdapat perbedaan jumlah kuota ponton pada masing-masing mitra yang bekerja di laut Belo atau DU 1553. Dari data yang dihimpun, CV Raqia Mandiri Sejahtera mendapatkan kuota sebanyak 10. Kemudian CV Timor Ramelu mendapatkan kuota 20 ponton. CV Jaya Mandiri mendapat kuota 10 ponton. CV. Victoria Bintang Selatan mendapat kuota sebanyak 10 ponton. CV. Binsihab mendapat kuota 40 ponton dan CV. Teman Jaya mendapat kuota 10 ponton.

Diduga ini juga menjadi pemicu munculnya upaya-upaya para mitra untuk mengoperasikan ponton hantu.

“Kami bukan tidak mampu pak, mampu kami mau 20, 30 sampai 50 ponton. Cuma dikasihnya terbatas. Tapi hendaknya kalau bisa banyak ya banyak. Seperti yang lain, sampai 40 ponton,” ujar sumber wartawan yang dibincangi di salah satu basecamp mitra.

Sementara, info yang diterima oleh redaksi pada Selasa (4/10/22) petang, PT. Timah kembali merilis 9 Surat Perintah Kerja (SPK) baru di DU 1553 tersebut. Langkah ini sebagai upaya PT. Timah untuk mengakomodir pihak-pihak yang tidak masuk dalam kuota. Kelapa Divisi Pengamanan Objek Vital PT. Timah, Wing Handoko kepada menyikapi hal ini berpesan agar para mitra untuk taat pada aturan main.

“Jadilah Mitra PT. Timah. Tbk yang amanah,” ujar Wing Handoko singkat.

Sebelumnya, aktivitas penambangan timah oleh para mitra PT. Timah Tbk, di Daerah Usaha (DU) 1553 laut Belo sempat ramai oleh isu ponton hantu. Para mitra mengaku terusik oleh adanya ponton yang tidak jelas pemiliknya bekerja dalam IUP PT. Timah. Ponton-ponton tersebut diklaim sebagai ponton non mitra. Dan dianggap sebagai sebuah aktivitas curang oleh para mitra. Tak jelas siapa pemilik ponton tersebut sehingga disebut ponton hantu. Namun belakangan salah satu pihak panitia mengaku bahwa ponton tersebut merupaka ponton cadangan untuk mengantisipasi ponton yang tidak bisa dioperasikan.(tim)

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: