Hidayat Arsani Siap Atasi Ketergantungan Pasokan Cabai di Babel

redaksi
C6aa4d56 2650 43b8 85cb E5f71f5b3db8

HaluaNusntaraHidayat Arsani mengatakan siap mengatasi ketergantungan kebutuhan cabai Bangka Belitung (Babel) yang mencapai 6.000 ton pertahun yang diketahui sebagian besarnya masih dipasok dari luar Babel.

Calon Gubernur Babel periode 2024-2029 itu juga menuturkan besarnya ketergantungan kebutuhan pangan Babel terhadap luar menunjukkan pertanian Negeri Serumpun Sebalai perlu pembenahan serius.

“Sebagai langkah awal Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan perlu diperkuat. Perlu disupport agar bisa bekerja secara maksimal untuk memajukan sektor pertanian khususnya pangan seperti holtikultura, juga sektor perkebunan dan lainnya,” kata Hidayat, Minggu (29/9/2024).

“Keberpihakan anggaran terhadap pertanian, mutlak dilakukan terutama terkait pangan,” tambahnya.

Selain itu, lanjut pria yang akrab disapa Panglima ini mengatakan perlu kolaborasi dengan pihak terkait dalam membenahi sektor pertanian seperti dinas tertentu terkait hilirisasi dan dalam menjaga mutu pasca panen.

“Petani itu akan mau bertanam kalau pemerintah dan pihak ketiga membantu mengatasi kesulitan mereka. Contohnya cabai kalau panennya serentak otomatis harga bisa turun, nah bagaimana mengatasinya? Di sinilah perlu hilirisasi, perlu teknologi, perlu pasar yang menyerapnya,” katanya.

“Kalau pemerintah bisa membantu menekan biaya produksi seperti biaya pengolahan lahan, pupuk dan lainnya, ini bisa sangat membantu. Artinya kalau biaya produksi bisa ditekan, ketika harga turun pun petani masih bisa untung,” tambah Panglima.

Ia juga menekankan perlunya kajian serius terkait pertanian ini sehingga kebijakan yang akan diambil bisa tepat.

“Jangan sampai sudah mengeluarkan banyak uang, tapi pertanian atau perkebunan kita jalan di tempat,” kata dia.

Menurutnya, menggandeng pihak universitas dalam mengembangkan pertanian di Babel dan memperkuat kolaborasi dengan kabupaten kota serta pihak ketiga sangat diperlukan.

“Kita harus melibatkan para ahlinya, nah kampus di Babel bisa kita libatkan, termasuk dalam pengembangan teknologi tepat guna pertanian,” ujarnya.

Dengan pendekatan teknologi kekinian atau pola pertanian smart farming (pertanian pintar-red) Hidayat Arsani yakin akan menarik minat generasi millenial untuk masul ke sektor pertanian.

“Kebutuhan cabai 6.000 ton itu artinya ini adalah peluang bisnis, kalau kita atasi sendiri kebutuhan kita, ini sudah berapa uang yang berputar, sudah berapa banyak tenaga kerja yang bisa terserap,” terangnya.

“Ini baru satu produk pertanian cabai, belum lagi yang lainnya. Belum lagi perkebunan seperti lada, peternakan juga masih sangat tergantung dari luar. Ini perlu komitmen bersama agar tercapai kemandirian pangan kita. Jangan sampai kita memgecewakan petani, petani itu adalah pahlawan, petani itu keren, ayo generasi muda, generasi millenial kita majukan pertanian kita bersama,” tandasnya.

Diketahui, sebelumnya Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel, Edi Romdhoni mengungkapkan kebutuhan cabai Babel mencapai 6.000 ton setahun. Baru sekitar 20 persen yang bisa dipenuhi petani lokal. Sisanya sekitar 80 persen didatangkan dari luar daerah. (*)

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: