Camat Mentok: Lokasi Sudah Diobrak – abrik Tapi Tidak Ketemu Alat Berat

redaksi
Img 20230717 Wa0063
Pertemuan di Kantor Camat Mentok membahas permasalahan aktivitas penambangan ilegal di Pantai Tanah Merah, Senin ( 17/7 ).

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Camat Mentok Sukandi mengatakan pihaknya telah turun langsung ke kawasan Pantai Tanah Merah, Kelurahan Menjelang, yang dikabarkan ada aktivitas penambangan ilegal.

Hal itu ia katakan pada pertemuan di Ruang Rapat Kantor Kecamatan Mentok, Senin ( 17/7/2023 ) pagi.

Pihaknya mendatangi Pantai Tanah Merah pasca pemberitaan di salah satu media online guna mengecek kebenaran adanya aktivitas penambangan di lokasi tersebut. Tapi pihaknya tidak menemukan satu orang pun, baik penambang maupun warga.

Sukandi juga mengatakan kabar adanya oknum aparat yang terlibat di Tanah Merah juga sejauh ini tidak terbukti.

“Oknum yang membekingi juga tidak terbukti. Kita sudah ke lapangan tidak ada satu orang pun. Di sana saksi bisunya hanya ada dua unit mesin TI-nya. Warga tidak ada satupun yang ditemukan. Jadi tidak ada oknum yang terlibat karena kami tidak ketemu info apapun yang terkait. Yang jelas lokasinya benar sudah diobrak – abrik, kalau PC ( excavator ) tidak ada,” paparnya.

Camat menegaskan tidak akan ada perbedaan perlakuan antara penambangan di Tanah Merah dan Pantai Tembelok, karena keduanya sama – sama ilegal. Apalagi di Tanah Merah merupakan Hutan Lindung.

“Tanah Merah tidak satu pun dari pihak pemerintah manapun yang mengizinkan karena ilegal. Tanah Merah itu Hutan Lindung ( HL ), apalagi di situ pantai,” ujar Sukandi.

Sementara itu Danposal Muntok Lettu Laut ( P ) Susetyo Budi mengatakan, penghentian penambangan di Pantai Tembelok merupakan atensi pimpinan guna mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan.

“Tembelok itu atensi pimpinan memang ada untuk dihentikan sepakat dari Kapolda Danrem maupun dan Lanal. Kita segera hentikan karena seandainya saat itu tidak dihentikan, luar biasa yang datang dari mana-mana itu datanya hampir 1.000 orang. Jadi untuk antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, itu pimpinan sudah ada gambaran,” kata Danposal.

“Jadi ini harus di stop dulu. Seandainya mau dibuka suatu saat akan disusun mekanismenya gimana biar pertama legal, kedua tidak menimbulkan gejolak di masyarakat,” imbuhnya.

Sedangkan Pantai Tanah Merah, Susetyo berasumsi walaupun tidak seramai Tembelok, suatu saat bisa dihentikan, sebab di situ juga ilegal. Tapi karena baru berupa laporan, penertiban masih membutuhkan proses.

“Tinggal tunggu proses aja. Tanah Merah ini baru proses ada laporan, terus koordinasi pelaksanaan nanti ditertibkan atau bagaimana, ini baru proses koordinasi terhadap laporan tersebut,” jelasnya.

Danposal berterima kasih kepada pihak media yang telah menginformasikan adanya penambangan di Tanah Merah. Namun menurut dia setelah dicek pihak Kecamatan Mentok tidak ada alat berat yang beroperasi.

“Nyatanya kemarin itu Pak Camat ke sana nggak ada alat berat, sementara di berita online ada. Dari fotonya nggak ada itu hanya foto ilustrasi aja, bukan foto riil. Nanti kita akan cek sama-sama kita telusuri siapa pemainnya di sana nanti sama-sama kita buktikan,” tegas Susetyo.

“Jadi biar nggak terjadi fitnah kita cek riil di sana, kalau benar tidak bisa diajak duduk bersama nggak bisa diajak koordinasi, nanti akan ada tindakan. Tapi kita melalui proses mekanismenya gimana kita akan koordinasikan dulu,” imbuh dia.

Di lain pihak, kendati tidak terlibat, Yusuf salah seorang perwakilan Kelompok Nelayan Tanah Merah mengatakan mereka tidak keberatan atau tidak mempermasalahkan adanya penambangan tersebut.

Berbeda dengan kelompok nelayan, perwakilan Gapoktan menyatakan keberatan karena aktivitas penambangan merusak jalan setempat akibat kendaraaan berat, apalagi jalan tersebut hanya tanah yang tidak beraspal.

Pertemuan di Kantor Camat Mentok juga hadiri perwakilan Cabang Dinas ESDM Provinsi Babel Wilayah Bangka Barat Supriyadi, Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Kesbangpol Herwan Siswadi, perwakilan Sat Polairud Polres Bangka Barat, Polsek Mentok dan Ketua Koperasi Nelayan Berkah Bersama Ibu, Sakijan. ( SK )

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: