Kue Tompek Selong dan Ganefo Jadi Materi Pelatihan Dinas Perpustakaan Bangka Barat

Img 20230706 Wa0030

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Barat mengadakan Kegiatan Pelatihan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, bertema Kegiatan Pengembangan Literasi Berbasis Inklusi Sosial Tahun 2023, di Gedung Perpustakaan Daerah di Kecamatan Mentok, Kamis ( 6/7/2023 ).

Kegiatan kali ini menggelar pelatihan cara membuat kue tradisional khas Mentok bagi ibu – ibu rumah tangga. Dua jenis kue yang dipilih untuk kegiatan yang langsung dipraktekkan ini yaitu kue tompek selong dan kue ganefo.

Kue tompek selong sampai saat ini masih familiar di kalangan masyarakat Mentok dan banyak dijual di warung – warung kopi. Namun kue ganefo sudah jarang ditemui di pasar.

Salah seorang narasumber, Linda Suryani atau Mak Lim ( 55 ) pelaku kuliner anggota Mentok Heritage Community mengakui hal tersebut.

“Sekarang sudah jarang, bahkan pembuatnya pun hanya orang – orang tertentu. Kue ganefo ini resep orang tua jaman dulu, bahannya tepung ubi atau tepung Mocaf. Kalau kue bolu sekarang kan bahannya tepung terigu,” jelas Mak Lim.

Mak Lim memaparkan, salah satu keistimewaan kue berlapis – lapis berwarna – warni itu adalah menggunakan pewarna alami seperti sari pandan suji dan pandan wangi untuk warna hijau, sari bunga belimbing untuk warna merah dan sari kunyit untuk warna kuning.

Dia berharap setelah pelatihan para peserta tidak berhenti begitu saja, tapi bisa mengembangkannya di rumah. Selain kue tradisional Mentok menjadi lestari, bisa juga menambah penghasilan keluarga.

“Jangan sampai untuk pelatihan saja tapi harus diterapkan dan dikembangkan untuk menambah penghasilan,” harap Mak Lim.

Hal senada juga dikatakan Chairul Amri Rani, juga dari Mentok Heritage Community selaku narasumber kedua pada kegiatan ini.

“Saya berharap setelah acara ini kue tradisional Mentok jadi populer lagi. Jadi kita ingin melestarikan kue tradisional Mentok tapi tidak hanya kue ganefo, tompek selong, banyak yang lainnya seharusnya juga kita munculkan kembali,” ujar Amri.

Di lain pihak, Kabid Layanan Otomasi dan Kerja Sama Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bangka Barat Erza Fistiawan mengatakan, mindset pengelola perpustakaan yang dulunya datang ke perpus untuk membaca, menulis dan lain – lain kini telah berubah.

“Sekarang ini mindsetnya sudah berubah sudah bertransformasi menjadi berbasis sosial. Artinya semua kegiatan apapun bisa dilakukan di perpustakaan agar jadi lebih hidup,” ujarnya.

Menurut Erza apa yang dibaca langsung bisa dipraktekkan, salah satunya kegiatan pelatihan pembuatan kue tradisional khas Mentok yang diikuti 23 orang IRT ini.

“Apa yang kita baca kita praktekkan Insya Allah nanti bisa menjadi penghasilan untuk membantu perekonomian keluarga,” imbuhnya.

Pihaknya pun akan memantau para peserta setelah kegiatan ini apakah berhenti begitu saja atau menerapkan dan mengembangkannya di rumah.

“Jadi ilmu yang didapat itu bisa dikembangkan. Ini juga nanti kami pantau dari sekian banyak peserta ibu-ibu ini tetap kami pantau berapa orang yang bisa mengembangkan. Ini ibu-ibu rumah tangga, tapi bebas siapa yang mau ikut, pelaku UMKM juga bisa,” tutupnya. ( SK )

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: