Pasutri Terbaring Sakit, Makan Dibantu Tetangga

redaksi
Img 20221026 161412

 

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Munzir (53 ) dan istrinya, Rosdiana ( 52 ) hanya bisa tergolek tak berdaya di dalam rumahnya yang berdinding papan dan beratap seng di Gang Sinar Menumbing, Kampung Senang Hati RT.003 RW.003, Kelurahan Sungai Daeng, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat.


Pria paruh baya ini tidak dapat bergerak selain berbaring di atas dipan beralas tikar sejak terkena musibah tertimpa tanah saat bekerja di Tambang Inkonvensional ( TI ) tiga tahun lalu. Bahkan untuk buang air kecil pun ia tidak mampu duduk, sehingga harus menggunakan slang.

Sedangkan istrinya Rosdiana baru dua minggu ini terkena stroke ringan, berbaring di lantai hanya beralas karpet tanpa kasur. Akibat penyakitnya, ibu lima anak ini tidak bisa bicara dan beraktivitas.

Mereka berdua tidak bisa lagi mencari nafkah. Terkadang untuk makan sehari – hari hanya mengharapkan bantuan dari tetangga. Rumah yang mereka tempati dibangun seadanya di atas lahan milik orang lain.

Wahyu ( 18 ), salah seorang anak Munzir terpaksa harus putus sekolah karena ingin merawat kedua orang tuanya.

“Makan sehari – hari dibantu – bantu orang, nggak bisa mencari nafkah lagi. Kita lima bersaudara, yang lain sudah menikah semua. Kadang – kadang ada bantuan dari Pemda sembako. Kakak – kakak sering la datang ke sini,” jelas Wahyu.

Menurut Wahyu, bapaknya sudah pernah dibawa berobat ke rumah sakit. Diduga Munzir menderita saraf terjepit di tulang ekor. Namun berobat secara medis tidak tidak kunjung sembuh membuat Munzir memilih tergolek di rumah.

“Berobat juga terapi, urut tapi tidak ada perubahan juga. Kita pakai BPJS tapi bapak nggak mau lagi karena tidak ada hasilnya,” ujar Wahyu.

Munzir mengatakan dirinya bersama keluarga merupakan perantau dari Palembang, Sumatera Selatan dan sudah menetap di Muntok sejak 2003 lalu. Dia bekerja serabutan, salah satunya bekerja di TI hingga terjadi insiden kecelakaan yang membuat ia lumpuh.

Menurutnya ia sudah berupaya berobat, baik secara medis maupun dengan cara – cara lain, tapi tanda – tanda kesembuhan masih jauh dari harapan.

“Kalau saya seluruh badan terasa sakit. Lumpuh nggak bisa duduk nggak bisa berdiri hanya berbaring. Tertimpa tanah saat kerja TI. Kalau berobat sudah kemana – mana tapi mungkin karena belum ada jodoh untuk sembuh. Rasanya pengen lah berobat ke luar biar sembuh,” tuturnya.

Sementara Rosdiana jatuh sakit bermula saat kembali dari sungai dekat rumahnya. Saat itu sang istri masih sempat masuk ke rumah, bahkan ngobrol dengan anak – anaknya sebelum terbaring tidak berdaya seperti sekarang ini.

“Ibu itu pertama kali turun di sungai dekat rumah ngambil botol air minum. Tiba – tiba datang masuk di rumah masih sempat ngobrol sama anak menantunya, tiba – tiba pusing kepala langsung drop,” kata Munzir.

Untuk sementara sang istri hanya berobat terapi tusuk jarum dan belum pernah dibawa ke rumah sakit.

Saat ini Munzir hanya bisa menunggu nasib kapan penyakitnya akan sembuh, sementara upaya untuk berobat ia rasa sudah menemui jalan buntu. Dia bersedia berobat ke luar daerah jika ada donatur yang bersedia membantu.

“Saya mau, saya siap kalau berobat lagi ke luar, rasanya mau, yang penting bisa sembuh,” harapnya. ( SK )

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: