Menunggu Durian Jatuh Dijadikan Paket Agrowisata Desa Air Putih

redaksi
6de4b8b2 Cb69 4416 B5eb C339bece8f71
Foto : Kepala Desa Air Putih, Ayun Permana di Kebun Gapoktan Wanita Perkasa Desa Air Putih yang sudah dimulai sejak tahun 2012. (Source Foto HaluaNusantara 17/10/2022)

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Desa Air Putih, Kecamatan Muntok yang telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bangka Barat, kini mulai melakukan pembenahan.

Sekretaris Desa Air Putih Yudianto mengatakan, kendati belum siap menyandang status desa wisata, pihaknya tetap berupaya membenahi diri.

“Semenjak ditetapkannya jadi desa wisata sebenarnya memang sih banyak tahapan, bisa dikatakan secara seratus persen sih belum siap, tapi apa salahnya berbenah dari nol,” ujar Yudianto saat ditemui di Kantor Desa Air Putih, Senin (17/10/2022) siang.

Menurut dia banyak hal yang bisa dikembangkan di desanya. Selain kebudayaan, potensi lain diantaranya di sektor kelautan atau pantai, bahkan hutan adat, agrowisata serta buah durian Desa Air Putih yang cukup dikenal kualitasnya.

Bahkan Yudianto berencana mengembangkan kebiasaan menunggu buah durian jatuh di kelekak atau kebun menjadi paket agrowisata yang menarik.

Seperti diketahui di Pulau Bangka buah durian bukan dipetik, tapi buah jatuhan dari pohon. Biasanya pemilik kebun membuat pondok untuk menunggu durian yang telah matang jatuh dari pohonnya.

“Memang durian tadi juga masuk dalam agrowisatanya tadi, bahkan saya berpikir ada untuk paket wisata nunggu duren, ini baru perencanaan. Mungkin bulan-bulan ini sudah mulai musim durian runtuh musim-musim durian jatuh,” katanya.

Namun hal itu baru rencana. Untuk mewujudkannya, Yudi membutuhkan dukungan dari para pemilik kebun durian di desanya, sebab tanpa kerja sama dengan mereka hal itu menurut dia sulit direalisasikan.

Kendala yang dirasakan pihaknya untuk mengembangkan desa wisata, salah satunya terbatasnya sumber daya manusia (SDM). Bukan hanya orang yang pintar dan kreatif dalam berpikir, namun lebih diutamakan yang mau atau siap bekerja keras.

“Kalau bahasa Bangka kita orang yang kawah (Mau). Orang yang kawah itu buat bantu pengembangan di sektor pariwisata. Kalau dari pemerintah desa hanya sekedar mendorong dengan anggaran, nggak mungkin kan kita keluarkan anggaran anggaran terus akhirnya pembangunan di objek wisata terbengkalai kalau tidak dikelola dengan SDM yang benar-benar yang mau tadi,” katanya.

Dikatakan Yudianto, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berperan mendorong mereka agar bisa mengembangkan desa wisata. Baru – baru ini pihaknya mengirim perwakilan dari Pokdarwis untuk mengikuti pelatihan pengembangan desa wisata di Hotel Pasadena yang diselenggarakan Disparbud.

Sedangkan besok, Selasa (18/10/2022) Disparbud Bangka Barat akan menggelar presentasi desain pengembangan pariwisata di Desa Air Putih.

“Jadi program mereka itu ada kalau kita punya DTW (Daya Tarik Wisata). Mereka membantu untuk desainnya, misalnya gini loh desain gazebonya. Dan itu masuk di anggaran 2022. Sebelumnya mereka sudah ninjau ke desa, bagian mana yang perlu pengembangan mereka bantu di desainnya,” ungkap Yudianto.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: