Tradisi Maulid Nabi di Bangka Barat Bisa Dikembangkan Menjadi Wisata Budaya

redaksi
Img 20221009 Wa0012
Foto : Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming, saat bersilaturahmi acara Maulid Nabi di rumah anggota DPRD Provinsi Babel, Mansah di Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Minggu ( 9/10 ).

HaluaNusantara.com

BANGKA BARAT — Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, Minggu (9/10/2022) dipadati masyarakat dari berbagai Daerah. Bahkan di Desa Sinar Sari yang juga ikut merayakan Maulid terjadi kemacetan.

Berbagai jenis kendaraan baik roda empat maupun roda dua berjejal di jalan. Beberapa warga Desa Sinar Sari ikut membantu mengatur lalu lintas untuk mengurai kemacetan.

Perayaan Maulid Nabi di Desa Mancung serta Desa lainnya menjadi tradisi penting yang diselenggarakan setiap tahunnya.

Tak berbeda jauh dengan lebaran, acara ini hanya diisi dengan silaturahmi ke rumah – rumah kerabat serta dengan hidangan yang disajikan terdiri dari kue – kue dan ketupat.

Menurut Ariel, warga Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Maulid Nabi sudah dua tahun tidak dirayakan karena pandemi Covid – 19. Tahun ini acara tersebut kembali dilaksanakan setelah pandemi Covid – 19 melandai.

“Baru tahun ini kembali kita rayakan, karena dua tahun kemarin kan ada pandemi. Memang Maulid ini sudah menjadi tradisi kita dan biasanya selalu ramai, bahkan lebih ramai dari lebaran. Tahun – tahun sebelum Covid malah lebih ramai, jalan macet sampai – sampai susah lewat,” ungkap Ariel.

Antusiasme warga datang berkunjung saat perayaan Maulid menurut Ariel disebabkan warga desa yang berada di rantau atau sudah pindah ke daerah lain biasanya akan pulang ke desa saat ada perayaan Maulid tanpa perlu diundang.

“Tapi biasanya masyarakat dari daerah lain juga datang, bukan hanya dari desa – desa sekitar, tapi juga dari daerah lain seperti Muntok, bahkan juga dari daerah lain yang ada di Bangka ini,” paparnya.

Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming yang turut hadir dan bersilaturahmi ke rumah warga Desa Mancung dan Kayu Arang, Kecamatan Kelapa menilai ada peluang pengembangan pariwisata budaya pada acara yang sudah menjadi tradisi di Bumi Sejiran Setason tersebut.

“Pariwisata itu salah satunya untuk pengembangan kebudayaan kan. Kalau kita urus ini secara serius saya kemarin terpikirkan waktu di Parittiga Jebus, kenapa kita tidak melakukan Maulid bersama,” ujar Bong Ming Ming.

Maulid bersama yang dimaksud Wabup yakni menyatukan desa – desa yang memiliki tradisi Maulud untuk menyelenggarakannya secara serentak di satu kecamatan, serta dikemas lebih menarik lagi.

“Kecamatan Kelapa ini kan kita pahami memang kebiasaan mereka adalah Maulud. Jadi Insya Allah dengan seperti itu bisa kita satukan jadi satu kesatuan biar bisa ramai. Tradisi yang seperti hari raya datang ke rumah itu tetap ada, tapi beberapa event kita buat dalam beberapa hari untuk mengangkat kebudayaan ini. Syi’arnya dapat, dari sisi budayanya dapat dan wisatanya pun dapat,” cetus Bong Ming Ming.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: